Minggu, 22 November 2009

SD-SMP Satu Atap Panorama berdiri megah diantara rumah rumah penduduk yang mayoritas terbuat dari bilik bambu. SD-SMP ini berdiri di sebidang tanah di desa Karang wangi Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur. Saat mendengar “Cianjur” kita akan terbayang pada sebuah kota yang menjadi salah satu lumbung padi Propinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah barat Kabupaten Bandung Barat, Namun jangan salah lokasi SD-SMP yang sedang kita bicarakan ini justru berada di bibir pantai selatan pulau jawa. Tempat ini memang berada tak jauh dari perbatasan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut dan berada tak jauh dari muara Sungai Cilaki yang kesemuanya itu terletak jauh diselatan kabupaten Bandung.




Sepintas tak ada yang istimewa dari SD-SMP dan beberapa rumah bilik yang berdiri mengitarinya selain keadaanya yang sangat gersang di musim kemarau atu sangat becek di musim penghujan. Namun ada satu pelajaran penting yang dapat diambil dari desa yang belum dapat menikmati aliran listrik ini. Ada satu budaya yang sudah sejak lama terlupakan oleh masyarakat yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Maksar dan sebagainya. Pelajaran berharga ini adalah rasa peduli antara warga. Bapak Aang salah satu guru di sekolah ini menuturkan “Kalau di desa ini biarpun kehidupan susah tapi masyarakatnya peduli, disini ga bakalan kejadian ada satu orang yang kelaparan kecuali kalau satu desa yang kelaparan, kalu kita lapar dan ga punya apa-apa tinggal ketok aja rumah sebelah Insyaallah dapat makanan” ujar beliau pada penulis saat penulis mengunjungi sekolahnya.



dilain kesempatan satu rombongan dari masjid Salman ITB yang mengadakan pelatihan relawan di bawah bendera Korps Relawan Salman (KORSA) mencoba mengundang warga sekitar SD-SMP untuk bersilaturahmi dan juga mengundang anak anak desa untuk diajak bermain bersama sebagai salah satu bentuk aksi sosial yang menjadi materi dalam pelatihan tersebut. Tanpa terduga di waktu yang sepakati hadir sekitar 300 anak anak dan sekitar 70 warga desa yang mendatangi acara yang disiapkan oleh rombongan. Acara dibagi menjadi dua bagian yaitu games yang diadakan di persawahan di sekitar kampung. Acara ini diikuti oleh anak-anak desa dengan sangat antusias sampai sampai membuat peserta pelatihan relawan agak sedikit kewalahan menghadapi semangat mereka yang begitu besar. namun acara games dapat diakhiri dengan persaan tak terungkapkan baik dikalangan anak-anak maupun peserta pelatiahan yang ditandai dengan senyuman yang merekah diwajah-wajah mereka. Ditempat lain yaitu di dalam kelas warga desa menceritakan keadaan mereka. Kedua acara ini berjalan dengan sukses dan memberikan kesan tersendiri di kedua belah pihak. Kejadian seperti ini mungkin akan susah kita jumpai di kota-kota besar dimana warganya sibuk dengan pekerjaan masing masing tanpa peduli dengan keadaan sekitarnya.



Cerita tentang kepedulian belum berakhir sampai disitu. Pada kesempatan lainnya satu rombongan dari Karisma Salman ITB yang melakukan survei untuk sebuah acara out bound mengunjungi desa ini. Saat tiba di desa mereka disambut dengan sangat hangat oleh beberapa warga yang menjumpai mereka. Hal yang sangat menyentuh terjadi sepulangnya rombongan melihat lihat desa dengan berjalan kaki, mobil robongan yang diparkir dihalaman SD-SMP sedang dicuci oleh beberapa pemuda desa padahal mobil itu dalam keadaan kotor luar bisa mengingat medan yang harus ditempuh sebelum mencapai desa ini tidaklah mudah. rasa terharu dan serbasalah kontan saja menyeruak diantara para rombongan apa lagi mereka tidak dapat meninggalkan tanda mata karena keuagan yang sangat terbatas.



Sambutan hangat juga diberikan pada rombongan dari Laboratorium Mikroprosesor dan Antar Muka Institut Teknologi Telkom yang berkunjung ke SD-SMP ini. mereka mendapatkan tempat beristirahat untuk beberapa saat setelah melakukan pejalanan melelahkan selama satu malam dari kampus mereka di Dayeuh Kolot Bandung. merekapun dijamu dengan berbagai camilan tradisional khas Jawa Barat.



Tempat ini dapat diakses dari kawasan Pangalengan dengan menyusuri kebun teh di sekitar Situ Cileunca menuju selatan melewati Desa Cisewu ke arah Ranca Buaya untuk kemudian perjalanan dilanjutkan menyusuri pantai kearah barat. Jalan yang cukup sempit ditambah belokan belokan curam dan jalan licin di musim hujan serta longsor di sepanjang perjalanan menjadi warna tersendiri dari rute ini. Bagi mereka yang menginginkan jalan yang lebih baik dapat mencoba mengakses tempat ini dari kota garut menuju kawasan Pameungpeuk, Santolo untuk kemudian menyusuri pantai menuju Ranca Buaya dan melanjutkan perjalanan kearah barat sampai di muara Sungai Cilaki.

Rabu, 11 November 2009

DIKLAT PEMBANGUNAN OTONOMI DESA

Diklat Pembangunan Otonomi Desa
Tema :
"Pengembangan Kompetensi Pendidikan dan Pemahaman Otonomi Daerah dalam Menuju Kecerdasan Masyarakat"
Nara Sumber:
Bidang Pendidikan
1. DR, SYAHIDIN, M,Pd (Pakar Pendidikan nasional)
2. SUSANE FEBRIANTY, SH.,MH (Pakar Hukum Nasinal)
Bidang Pemerintahan
1. HARRY M SASTRAKUSUMAH (PAKAR EKONOM NASIONAL)
2. DENNY R NATAMIRDJA (WARTAWAN SENIOR)
3. KEJAKSAAN NEGERI CIANJUR
4. PEMERINTAHAN KAB. CIANJUR
PELAKSANAAN KEGIATAN:
SABTU, 12 DESEMBER 2009
DI BALE MUSYAWARAH DESA CIDAMAR
MINGGU, 13 DESEMBER 2009
DI GEDUNG PGRI KEC. CIDAUN
PENDAFTARAN :
Rp. 100.000/ PESERTA
TEMPAT PENDAFTARAN :
  1. KANTOR DESA CIDAMAR CIDAUN
  2. TAUFIK MAULANA (MAHASISWA UT POKJAR CIDAUN/SD GOBANGKANCANA)
  3. ERIK GANGGA R (SMP N 1 CIDAUN)
  4. DENI PURNAMA ( MAHASISWA UT POKJAR CIDAUN/SD BUNI ASIH)
  5. AGUS SUGINATO (DESA CIDAMAR/SD CIDAUN 2)
  6. TEGUH PRIBADIANTO (MAHASISWA UT/ SD CIDAUN 2)
  7. GIRRI ANGGARA (MAHASISWA UNSUR POKJAR CIDAUN)
  8. ADE SUHERLAN (SD PANORAMA/SEKRETARIS PGRI CAB. CIDAUN)
  9. TARMAN (DESA KARANGWANGI)
  10. LUKI SUKMAWAN (SD KERTAJAYA)
  11. TAUFIK HIDAYAT (MAHASISWA UNSUR)
  12. DIKI ALISA (MAHASISWA ABA/SD JAYAHARAPAN)

Senin, 09 November 2009

PENGEMBANGAN KELOMPOK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pengalaman negara-negara maju dan Indonesia sendiri di masa lalu membuktikan, bahwa sistem penyelenggaraan negara dan pemerintahan secara sentralistis, top-down, dan seragam ternyata tidak efisien, tidak produktif, dan tidak mampu membangkitkan partisipasi serta rasa memiliki (sense of ownership) dari seluruh rakyat Indonesia. Terlebih untuk negara dengan rentang geografis sangat luas (the largest archipelago on Earth) dengan lebih dari 350 etnis. Sehingga, hasilnya (muaranya) adalah Indonesia meskipun sudah lebih dari 64 tahun merdeka masih tetap menjadi negara-bangsa berkembang (miskin).
Melalui UU 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, peluang partisipasi masyarakat local (dan daerah) mulai diakui melalui Otonomi Daerah. Pada dasarnya otonomi daerah adalah perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dan mempunyai hubungan yang erat dengan desentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari Pemerintah kepada Pemda untuk mengatur dan mengurus daerah, mulai dari kebijakan, perencanaan, sampai implementasi dan pembiayaan dalam rangka demokrasi. Sedangkan, otonomi daerah adalah wewenang yang dimiliki daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka desentralisasi.